http://www.iconarchive.com/show/red-orb-alphabet-icons-by-iconarchive/Letter-W-icon.html bagi bagi ilmu: Cedera Kepala

Cedera Kepala

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Di samping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal diruanng gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya.
Tindakan  resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisik umum serta neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistemis dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat keparahan cedera kepala menjadi ringan segera ditentukan saat pasien tiba di rumah sakit.

Klasifikasi
Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan, morfologi cedera .
1. Mekanisme: berdasarkan adanya nyeri duramater
  • Trauma tumpul : kecepatan tinggi (tabrakan mobil) kecepatan rendah (terjatuh, dipukul)
  • trauma tembus (trauma tembus peluru dan cedera tembus lainya)
2.  keparahan cedera
  • ringan   : Skala koma Glasgow ( Glasgow Coma Scale, GCS) 14-15
  • sedang : GCS 9-13
  • berat : GCS 3-8
3. Morfologi
Fraktur Tengkorak : kranium: linear/stelatum; depresi/non depresi; terbuka/tertutup
basis: dengan atau tanpa kebocoran cairan serebospinal, dengan atau tanpa kelumpuhan nerveus VII
 
lesi intrakranial :       fokal: epidural, subdural, intraserebral
difus : konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus
Penatalaksanaan

pedoman Resusitasi dan Penilaian Awal
1. menilai jalan nafas : bersihan jalan nafas dari debris dan muntahan, lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang servikal segaris dengan badan dengan badan dengan memesang kolar servikal, pasang guedel bila dapat ditolelir. Jika cedera orofasial mengganggu jalan nafascede, maka pasien harus diintubasi
2. menilai pernafasan : tentukan apakah pasien bernafas spontan atau tidak. Jika tidak, beri oksigen melelui masker oksigen. Jika pasien bernafas spontan, selidiki dan atasi cedera dada berat seperti pneumotoraks, pneumotoraks tensif, hemopneumotoraks. Pusing oksimeter nadi, jika tersedia, dengan tujuan menjaga saturasi oksigen minimum 95%. Jika jalan nafas pasien tidak terlindung bahkan terancam atau memperoleh oksigen yang adekuat(PaO2 > 95 mmHg dan PaCo > 40 mmHg serta saturasi O2 > 95 %) atau muntah maka pasien harus diintubasi serta diventilasi oleh ahli anestesi
3. menilai sirkulasi : otak yang rusak tidak mentolelir hipotensi. Hentikan semua perdarahan dengan menekan arterinya. Perhatikan secara khusus adanya cedera intraabdomen atau dada. Ukur dan catat frekuensi denyut jantung dan tekanan darah, pasang alat pemantau dan EKG bila tersedia. Pasangjalur intravena yang besar, ambil darah vena untuk pemeriksaan darah perifer lengkap,ureum, elektrolit, glukosa, dan analisis gas darah arteri. Berikan larutan koloid, sedangak larutan kristaloid (dekstrosa atau dekstrosa dalam salin) menimbulkan eksaserbasi edema otak pascacedera kepala. keadaan hipotensi, hipoksia, dan hiperkapnia, memeperburuk cedera kepala.
4. obat kejang  : kejang konvulsif dapat terjadi setelah cedera kepala dan harus diobati. Mula- mula berikan diazepam 10 mg intravena perlahan-lahan dan dapat diulangi sampai 3 kali bila masih kejang. Bila  tidak berhasil dapat diberikan fenitoin 15 mg/kgBB diberikan intravena perlahan-lahan dengan kecepatan tidak melebihi 50mg/menit.
5. menilai tingkat kesadaran
a. Cedera kepala ringan ( kelompok resiko rendah)
  • Skor skala Glasgow 15 (sadar penuh, atentif, dan orientif)
  • Tiadak ada kehilangan kesadaran (misalnya konkus)
  • Tidak ada intoksai alkohol dan obat terlarang
  • Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
  • Pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau hematoma kulit kepala
  • Tidak adanya kriteria cedera sedang-berat
b. Cedera kepala sedang (Kelompok resiko sedang)
  • Skor sekala koma Glasgow 9-14 (konfusi, letargi, atau stupor)
  • konkusi
  • Amnesia pasca trauma
  • Muntah
  • Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda Battle, mata rabun, hemotimpanum, otorea, atau rinorea cairan serebospinal)
  • kejang
c. Cedera kepala berat (Kelompok resiko berat)
  • Skor skala koma Glasgow 3-8 (koma)
  • Penurunan derajat kesadaran secara progresif
  • Tanda neurologis fokal
  • Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium

DAFTAR PUSTAKA

Cruz J.Neurologic and neurosurgical emergency. 1998:1-18
Marshall RS. On call neurology. 1997:119-31
Misbach J Andredi, Wendra A Neurologic emergency in clinical practice.1998:17-37

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar